Minggu, 23 Desember 2018

Cipaganti, Riwayatmu Kini

Mendengar kata Cipaganti, ada dua hal yang terlintas dalam benak. Pertama, nama sebuah jalan di sekitaran kawasan Cihampelas, Bandung dan, kedua, nama perusahaan travel yang pernah digdaya di Kota Kembang. Pada era kejayaannya, Cipaganti adalah perusahaan travel terbesar.

Mereka menguasai rute Bandung - Jakarta, khususnya untuk layanan shuttle. Nyaris di setiap ruas tol Bandung - Jakarta terlihat mobil berlogo perusahaan itu. Selain itu, Cipaganti juga pernah memiliki rute ke daerah timur, seperti Tasikmalaya hingga Jogjakarta dengan layanan dor to dor.
Awal Usaha Keberadaan Cipaganti Group dimulai dengan dibukanya usaha jual beli mobil bekas dengan nama Cipaganti Motor oleh Andianto Setiabudi pada tahun 1985 di jalan Cipaganti No.84 Bandung. Perkembangan usaha dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik sehingga dapat berkembang dengan memiliki beberapa showroom mobil bekas di jalan Cipaganti, Cihampelas dan jalan Abdul Muis (d/h Pungkur) Bandung.

Dengan pasar yang sedemikian luas dan pertumbuhan kebutuhan kendaraan sebagai pendukung usaha, maka Cipaganti Motor dikembangkan menjadi Cipaganti Rental mobil Bandung yang menyewakan segala jenis dan merk kendaraan, mulai dari kendaraan angkutan barang, penumpang, pernikahan serta paket wisata. Saat ini Cipaganti Rental memiliki cabang di kota-kota besar se-Jabodetabek dan Bandung Priangan.

Pada tahun 2002 dilakukan diversifikasi usaha sejenis dengan target market retail, yaitu Travel & Paket layanan Door to Door dengan jurusan perdana Bandung - Bogor, kemudian Bandung -Jakarta, Bandung- Bandara Soekarno Hatta, Bandung- Tasikmalaya dan Bandung-Cirebon.

Tahun 2006 dengan adanya akses jalan tol Cipularang, terbuka peluang usaha baru dan Cipaganti Otojasa mengembangkan layanan Shuttle Service Point to Point Bandung - Jabodetabek yang terus dikembangkan. Peluang usaha ini sangat besar dan luas sesuai dengan permintaan pasar maka karena itu akan terus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang memerlukan sarana transportasi antar kota yang aman.
Tahun 2007 adalah pencetusan konsep transportasi terpadu dengan adanya penambahan jasa layanan bus pariwisata, tours & airlines ticketing ditambah layanan dokumen, paket dan kargo memberikan solusi menyeluruh kebutuhan transportasi.

Melihat peluang yang sangat baik pada usaha pembangunan perumahan kelas menengah yang sejak awal tahun 1990 mengalami pertumbuhan yang sangat besar, maka manajemen memutuskan memulai usaha di bidang perumahan. Hal ini diwujudkan dengan mendirikan PT Cipaganti Citra Graha pada tanggal 30 September 1994, dengan lokasi perumahan pertama di jalan Ciwastra Kodya Bandung dengan nama perumahan Cipaganti Graha I.

Kemudian pada tahun 1999 membangun lokasi perumahan kedua di Ujung Berung dikenal dengan Cipaganti Graha II. Pada Tahun 2002 membangun perumahan kelas menengah keatas di jalan A.H. Nasution Kodya Bandung dengan nama Cipaganti Dream Land.
Pada tahun 2005 membangun perumahan Cipaganti Rahayu Regency di Cipamokolan Soekarno-Hatta Kodya Bandung. Prospek pembangunan perumahan dengan konsep Cul de Sac dan sistem cluster sangat diminati oleh pembeli. Dengan kebutuhan perumahan kelas menengah sebagai sarana tempat tinggal primer bagi banyak keluarga muda serta dukungan suku bunga KPR yang saat ini cukup rendah, tentunya prospek pembangunan dan pemasaran perumahan akan menjadi salah satu andalan usaha Cipaganti Group.

Sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan industri tekstil dan lainnya di wilayah Bandung Priangan Cipaganti Group menangkap peluang untuk menyewakan Alat Angkat Barang Berat (Forklift dan Crane). Kantor pemasaran pertama dibuka di jalan Gatot Soebroto 94 Bandung.

Seiring dengan permintaan pasar, penambahan unit dan perluasan jenis alat yang disewakan hingga alat berat untuk konstruksi, infrastruktur, pertambangan, perkebunan, pertanian, kehutanan (Excavator, Buldozer, W.Loader, Dump Truck, dll), maka Pool dan kantor pemasaran dialokasikan ke jalan Soekarno Hatta Gede Bage Bandung.

Dengan potensi sumber daya alam sangat besar yang dimiliki tanah air, serta industri terkait maka prospek usaha alat berat sangat baik dan dapat dikembangkan keseluruh daerah dan kepulauan yang memiliki potensi tersebut.
Sejak tahun 2004 PT Cipaganti Citra Graha divisi Alat Berat membuka kantor cabang di Banjarmasin, Batu Licin (Kalimantan Selatan) dan tahun 2005 di Palangkaraya (Kalimantan Tengah), tahun 2007 dibuka juga cabang di Samarinda (Kalimantan Timur).

Pada tahun 2013 Cipaganti memasuki puncak masa kejayaannya. Sayang, perusahaan ini digoyang isu gagal bayar oleh Koperasi Cipaganti Karya Guna Persada (KCKGP). Buntutnya, investor menagih dana yang sudah diinvestasikan agar segera dikembalikan.

Cipaganti pada akhirnya tidak mampu memberikan dana kompensasi tersebut, sehingga perusahaan menjadi tercoreng, nama baik Cipaganti mulai luntur. Pihak manajemen berencana untuk mengganti nama perusahaan (bendera) guna memperbaiki citra.

Cipaganti lalu berubah nama menjadi M-Go. Namun hal tersebut tidak lantas membuat perkara selesai. Polda Jabar menahan CEO PT. Cipaganti Citra Graha Andianto Setiabudi karena kasus dugaan penipuan dan penggelapan. Korbannya hingga mencapai 8.700 mitra. Kerugiannya, kata polisi mencapai Rp 3,2 triliun.

Tudingan tersebut pun membuat operasional menjadi terhambat. Investor bahkan menginvasi beberapa cabang, dan bahkan ada pula yang langsung menyita mobil perusahaan yang tengah beroperasi. Tuntutan mereka, para investor, adalah menuntut uang mereka dikembalikan.

Andianto kemudian dinyatakan bersalah dan harus mendekap di penjara. Cipaganti pun dinyatakan pailit. Meski begitu M-Go masih tetap beroperasi, pul nya masih berdiri di beberapa titik lokasi, termasuk pul Pasteur yang merupakan pul paling lama yang pernah dimiliki Cipaganti.


Pada tahun 2017, pul Pasteur digeruduk oleh puluhan mantan karyawan. Mereka menuntut hak setelah diberhentikan menyusul pailitnya perusahaan tersebut. Karyawan meminta hak mereka dari sisa gaji yang belum dibayarkan agar segera dituntaskan.

Aksi demo dilakukan dengan membawa sejumlah kertas bertuliskan tuntutan para eks karyawan. Selain itu, mereka juga berorasi silih berganti menggunakan pengeras suara.

Eks karyawan juga menuntut persoalan asuransi. Mereka mengklaim bahwa Jaminan Hari Tua (JHT) tidak bisa dicairkan karena perusahaan tidak membayarkan kewajiban asuransi karyawan. Padahal, gaji karyawan selama ini terus dipotong.

Hingga saat ini diketahui masih ada beberapa karyawan eks Cipaganti yang masih bekerja. Beberapa pul juga masih beroperasi seperti biasa, meski banyak diantaranya pul yang sudah ditutup. Di Bandung, pul Pasteur masih membuka rute ke beberapa titik di Jakarta, demikian juga sebaliknya dari Jakarta ke Bandung masih ada.

Namun saat ini bukan lagi logo M-Go yang terlihat dalam mobil travel itu. M-Go, yang dulunya Cipaganti, kini telah berganti label menjadi Lintas Shuttle.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar